Sekitar beberapa minggu yang lalu, saya mengikuti sebuah
acara diskusi yang bertemakan Social Media dan Marketing. Pada saat itu,
pembicaranya adalah Pak Blontank Poer, pemilik Blontea, teh tradisional khas
Indonesia yang sudah berkembang dan mencapai target menjadi teh kelas atas di
Indonesia. Ada 4 hal yang beliau sharing mengenai kunci sukses beliau. Keempat
hal tersebut akan saya rangkum dan paparkan disini.
Networking
Pada saat kita membuat suatu produk, yang
harus kita targetkan adalah “kepada siapa kira-kira saya harus memasarkan
produk ini?”. Karena Pak Poer ini sangat
percaya diri akan kualitas produknya, ia akhirnya menawarkan produknya ke salah
satu orang besar di daerahnya. Karena orang tersebut sangat puas dengan teh
Blontea milik Pak Poer ini, akhirnya ia memasarkan produk tersebut secara tidak
langsung. Ia membawa teh tersebut kemanapun ia pergi. Sampai akhirnya, rekan-rekan
dari orang besar tersebut banyak menanyakan hal-hal mengenai produk the tersebut.
Dalam waktu yang tidak lama, akhirnya Pak Poer kebanjiran orderan. Ia harus
menggandakan produksi the Blontea miliknya itu.
Dari sini kita bisa belajar bahwa
networking adalah salah satu modal utama dalam berwirausaha. Modal tidak harus
selalu uang. Networking adalah modal yang cukup mahal yang tidak semua orang
memilikinya. Oleh karena itu, mulai dari sekarang kita harus memperluas
jaringan usaha kita sampai kemanapun. Berkenalan dengan orang banyak adalah
merupakan social investment atau investasi social di dalam kehidupan
bermasyarakat. Jadilah orang yang jujur dan bertutur kata baik kepada siapapun.
Kita tidak akan pernah tahu jika suatu saat nanti kita akan membutuhkan orang
itu untuk mengembangkan usaha kita.
Satisfactory:
Quality Product
Kalian memiliki networking yang bagus dan
luas? Jangan senang dulu. Memiliki networking yang bagus dan luas tidak
menjamin usaha kita akan berjalan mulus. Ingat. Kunci utamanya ada pada produk
kalian. Coba kita pikirkan, apa yang akan kalian sampaikan dan kalian bawa
kepada orang-orang yang ada di networking kalian? Produk kalian, bukan?
Sekarang kalian bayangkan jika produk kalian kurang memuaskan, akankah
seseorang yang berpengaruh yang menerima produk kalian menyampaikannya lagi ke
rekan-rekannya? Tidak akan. Syukur jika ia hanya diam dan tidak menyampaikan
keburukan dari produk kita ke rekan-rekannya, namun bagaimana jika justru ia
menyampaikan complain dan keburukan produk kita ke rekan-rekannya dan bukan
menyampaikannya langsung ke kita sebagai pihak yang memproduksi produk
tersebut? Hal tersebut pasti akan menjadi boomerang bagi kita. Oleh karena itu,
sebelum memasarkannya ke masyarakat luas, pastikan dulu bahwa produk kita ini
layak menjadi pujaan di hati masyarakat, memiliki kualitas yang baik, dan
memuaskan, sehingga orang yang menerima atau mengkonsumsi produk kita pun akan
dengan bangga menyebarkannya ke orang lain.
Satisfactory:
Service
Hampir sama dengan satisfactory, disini
kita sebagaimana mungkin harus bisa memuaskan para pelanggan dengan produk yang
kita hasilkan. Bisa kita bilang bahwa service adalah bagian dari satisfactory. Kita
sudah membahas satisfactory dari segi kualitas produk. Namun disini yang akan
saya bahas adalah pelayanan yang berhubungan dengan kesetiaan para pelanggan.
Sekarang kita bayangkan jika produk yang
kita pasarkan adalah produk terbaik, dan networking yang kita miliki merupakan
networking yang baik dan luas. Namun apakah para pelanggan kita akan tetap
setia menggunakan atau mengkonsumsi produk kita jika pelayanan yang kita
berikan kurang baik. Mungkin jika memang mereka hanya mengarah pada produk kita
karena kualitas produk kita baik, akan tetap setia memakai atau mengkonsumi
produk kita. Tapi setianya mereka mungkin akan habis waktunya jika pelayanan
yang mereka terima tidak memuaskan mereka. Jika ada produk yang lebih baik atau
minimal sama baik kualitasnya dari produk kita dengan pelayanan yang baik,
mungkin pada akhirnya mereka akan beralih juga. Oleh karena itu, pelayanan juga
harus diutamakan untuk mengembangkan usaha kalian.
Chance
Ada pepatah mengatakan bahwa marketing
adalah omong kosong. Eitsss.. Jangan berburuk sangka terlebih dahulu. Maksud
pepatah disini adalah “marketing adalah omong kosong, jika tidak ada
kreatifitas di dalamnya.” Jadi marketing adalah mengenai kekreatifan seseorang
dalam memasarkan produknya. Dalam hal ini, pemilik the Blontea ini memanfaatkan
kesibukan warga Jakarta sebagai target pengembangan usahanya. The yang beliau
produksi adalah the kelas atas. Itulah mengapa, hampir 90% pelanggan the Blontea
ini adalah warga Jakarta karena orang-orangnya dikenal sebagai businessman dan
businesswoman. Pak Poer ini memanfaatkan celah yang ia temukan di pasar. Orang
Jakarta itu terkenal dengan kesibukannya. Dengan ide yang brilian, ia akhirnya
mengembangkan sayap usahanya dengan menambahkan delivery service. Orang yang
sudah sibuk, pasti akan mencari kesenangan yang instan. Para pengusaha dan
pekerja di Jakarta pasti tidak ingin membuang-buang waktunya hanya untuk
membeli the, meskipun the yang akan ia konsumsi adalah the khusus. Mereka lebih
memilih delivery service untuk mengantarkan produknya sampai di rumah. Bisa
kita bayangkan jika calon pelanggan hanya berniat coba-coba karena ia bisa
menikmati the hanya dengan menelpon saja ke bagian delivery servicenya. Namun
ternyata, the yang ia teguk itu sangat nikmat sekali sampai akhirnya ia
ketagihan. Berawal dari kemudahan yang ditawarkan, yang tadinya hanya coba-coba, karena
produknya memang memuaskan ia jadi berlangganan sampai sekarang. Dengan peluang
ini, akhirnya Pak Poer pun bisa mengembangkan usahanya sampai saat ini. Dari
sini kita belajar bahwa pengusaha itu harus cerdas melihat peluang. Siapa
cerdas, dia untung.
Itu tadi 4 kunci sukses untuk mengembangkan
usaha kalian. Coba cek proses usaha kalian, apakah usaha kalian sudah memiliki
4 aspek diatas dan menjalankannya secara baik? Jika belum, ayo mulai dari
sekarang juga!